Pendahuluan

Dua hari lalu, saya mendapat email dari salah satu mahasiswa Teknik Geodesi Geomatika angkatan 2014. Ia menanyakan apakah saya bersedia menjawab beberapa pertanyaan yang sifatnya interview mengenai budaya literasi. Beberapa pertanyaan yang ia sampaikan saya jawab dalam bentuk sub bab seperti di bawah ini. Karena sifat dari pertanyaanya terbuka (bukan pertanyaan pribadi), saya pikir mengapa tidak membuat blog postnya saja agar lebih banyak orang bisa membacanya.

Bagaimana perkembangan jurnal ilmiah di bidang kebumian (Baik dosen ataupun mahasiswa) ?

Mungkin yang anda maksud "artikel bidang ilmu kebumian" pada jurnal ilmiah.
Pastinya terus meningkat ya. Karena bidang ilmu kita ini (kebumian) tidak banyak yang tertarik untuk mempelajari lebih dekat. Alam Indonesia ini memiliki banyak keunikan yang tidak dimiliki negara lain. Karakter ilmu ini adalah, anda datang, anda lihat, dan anda jelaskan. Sampai di sini sebenarnya prinsip dasarnya sederhana, yaitu: anda perlu menjelaskan proses yang terjadi di suatu daerah, apa yang menyebabkannya (origin), dan apa dampaknya. Begitu anda bicara "dampak", maka prinsip "simulasi" akan berperan. Jadi ilmu kebumian saat ini sudah tidak hanya bicara sejarah, tapi juga masa depan. Sebenarnya ilmu geodesi dan geomatik memimpin untuk hal ini. 

Apakah untuk kalangan mahasiswa sudah dapat membuat jurnal ilmiah yang dapat dipublikasikan?

Mungkin yang anda maksud "artikel" pada jurnal ilmiah.
Sudah bisa selama ada nilai originalitas (tidak copy paste), walaupun itu hanya satu point dan terlihat remeh oleh orang lain. Jangan menyepelekan sesuatu yang kecil, karena menurut anda kecil, tapi orang lain bisa belajar banyak dari hal itu. Jadi jangan ragu untuk menulis. Anda juga jangan mudah meremehkan karya orang lain. 
Dalam kesempatan ini anda juga saya undang untuk melakukan komunikasi dengan mahasiswa LN yang ujungnya adalah kolaborasi dalam melakukan riset sederhana atau menulis makalah. Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa trend kolaborasi dari periset atau penulis dari benua Asia masih rendah (Gambar \ref{166701}). Bandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang 255 juta.