Bagaimana minat mahasiswa FITB dalam membuat sebuah karya tulis atau semacam jurnal ilmiah?

Menurut saya, minatnya sangat tinggi lho. Saya sudah jadi dosen, diawali sebagai Asisten Akademik sejak tahun 2001. Di sepanjang waktu itu saya sangat sering berinteraksi dengan mahasiswa mengenai tulis-menulis. Jadi saya bisa menyampaikan bahwa minatnya sangat tinggi dan meningkat dari waktu ke waktu. Saya ingat saat pertama kali menulis, adalah di tahun 2000, dua tahun setelah saya lulus S1. Sekarang mahasiswa sudah ingin menulis bahkan dari kegiatan riset mandiri yang mereka lakukan bersama, contoh dari kegiatan KKN Tematik.  
Sayangnya kegiatan-kegiatan ilmiah seperti ini tidak didokumentasikan dengan baik di tingkat himpunan mahasiswa.

Bagaimana peran dan kesempatan mahasiswa dalam membuat suatu jurnal ilmiah?

Mungkin yang anda maksud "artikel" pada jurnal ilmiah.
Peran dan kesempatannya sangat besar, karena mahasiswa melakukan riset dan riset adalah bahan baku sebuah laporan atau makalah. Baik secara individu atau berkelompok atau dalam lingkup kurikuler atau ekstra kurikuler, mahasiswa dapat menulis makalah. Makalah tidak harus dikirimkan ke jurnal ilmiah, tapi juga dapat disampaikan dalam acara seminar/konferensi. Keduanya adalah dua bentuk publikasi ilmiah yang paling umum saat ini. Jadi jangan menganggap makalah ilmiah seperti sesuatu yang sangat sulit untuk dibuat. Dokumen tersebut tidak lain adalah laporan kegiatan yang disampaikan kepada komunitas ilmiah. 
Bila anda bekerja dengan Pembimbing Tugas Akhir, maka peran anda sebagai mahasiswa S1, biasanya adalah sebagai pengambil dan pengolah data. Peran ini akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jenjang pendidikan. Tapi jangan heran dari sisi inisiatif, mahasiswa S1 bisa jadi lebih tinggi inisiatifnya dibanding mahasiswa pascasarjana.

Keuntungan atau manfaat apa yang didapatkan mahasiswa dari pembuatan jurnal ilmiah?

Mungkin yang anda maksud "artikel" pada jurnal ilmiah.
Keuntungan yang didapatkan:
  1. Menanam reputasi dan membina jejaring: bila anda menulis, maka anda akan saya ibaratkan "menanam bibit padi". Makin lama bibit (tulisan) yang anda tanam kalau dipupuk dan dirawat dengan baik maka lambat laun anda akan memiliki nama (reputasi). Selain itu di kalangan akademia, makalah adalah modal untuk berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, terutama bila ia bisa memaksimalkan penggunakan media sosial dalam hal ini (Contoh akun Twitter saya: @dasaptaerwin). Selama ini medsos kurang digunakan untuk tujuan penyebaran ilmu. Di LN sudah sangat biasa akun Twitter seorang mahasiswa dilengkapi dengan blog dan komunitas tempatnya beraktifitas. Baca Top 5 ways to better academic networking dan Networking for a successful career in academia.
  2. Menambah pengalaman: kalau anda menulis, maka akan memiliki pengalaman diberi masukan dan dikoreksi oleh orang lain. Ini terjadi karena makalah yang anda kirimkan ke suatu jurnal akan menjalani proses peer-review (baca juga Wikipedia/Scholarly Peer Review). Yang artinya seseorang yang ahli di bidang yang anda tulis (dalam hal ini geodesi dan geomatika) akan membaca makalah anda, mengoreksi, dan memberikan masukan (input atau feedback). Bila sering menerima kritik dan evaluasi, maka seseorang akan lebih terbuka dan memiliki kemampuan belajar dari kesalahan. Pengalaman berikutnya adalah melatih keterampilan komunikasi (communication skills).
  3. Meningkatkan kreatifitas dan kesabaran: bila anda sering menulis, maka anda akan terlatih untuk bersikap kreatif, karena menulis perlu mencari ide. Ide itu bertebaran di mana-mana, tapi kalau tidak terlatih, maka tidak akan "dipetik" dengan mudah. Mengapa melatih kesabaran, selain karena mencari ide harus telaten dan sabar, saat anda mengumpulkan bahan juga tidak bisa terburu-buru (baca juga artikel saya ini). Setiap referensi harus diuji kualitasnya, relevansinya, dan validitasnya. Itu semua perlu kesabaran ekstra. Salah satu dampak buru-buru dalam menulis adalah plagiarism. 

Apakah budaya literasi di kalangan mahasiswa FITB penting untuk diadakan?

Budaya literasi adalah inti dari pendidikan tinggi, karena setiap riset perlu dipublikasikan dalam berbagai bentuk. Ini sangat penting dan sangat perlu ditanamkan di kalangan mahasiswa S1 (bahkan S2 dan S3) mahasiswa adalah salah satu energi saintifik ITB. Sejarah hanya akan disebut "sejarah" bila telah ditulis. 
Budaya menulis ini perlu dikembangkan dari budaya (hanya) bicara. Padahal antara bicara dan menulis hanya masalah media. Bila hanya bicara, maka ide atau pendapat kita akan mudah dilupakan. Kalau ditulis, dalam media apapun, makalah ilmiah salah satunya, maka ide/pendapat kita akan terekam. Apalagi kalau anda mengunggahnya secara daring (online). 

Apakah perlu diadakan suatu fasilitas dari fakultas FITB untuk mendorong mahasiswa nya dalam menulis jurnal ilmiah?

Perlu tapi tidak perlu ada yang khusus dibuat untuk tujuan itu. Manfaatkan saja fasilitas yang telah ada, misalnya: Prodi, Lembaga Kemahasiswaan atau Perpustakaan Pusat. Kalau di LN biasanya yang mengadakan kelas-kelas khusus menulis adalah Unit Perpustakaan Pusat (Contoh). Saya kalau ada waktu menyempatkan diri mengadakan acara-acara seperti ini dengan nama Openscience Meeting Group (OMG). Tahun 2016 lumayan hampir tiap bulan). Tahun 2017 baru jalan bulan Januari. Akan ada lagi Insya Allah Mei akhir.
Event-event ini juga bisa digunakan oleh para mahasiswa S1/S2/S3 untuk berjejaring atau berkolaborasi. Iklim kolaborasi sangat intens saat ini. Buktinya ada peningkatan trend jumlah penulis dalam satu makalah (Gambar \ref{196639}). Dari single authorship di tahun 1950-an menjadi multiple authorship dengan rata-rata jumlah penulis mendekati enam orang per artikelnya.