Abstrak

Sistem akuifer endapan gunung api di area Pangalengan dan Bandung memiliki sistem yang terbuka. Sistem ini berinteraksi dengan udara dan air permukaan, selain pada kawasan tertentu berinteraksi dengan sistem panas bumi yang lebih dalam. Namun demikian, bila sampel yang Hal ini diindikasikan oleh analisis sistem hidrogeologi telah dilakukan di kawasan Pangalengan dengan membandingkan karakteri kimia sampel airnya dengan 20 sampel lainnya dari beberapa daerah dengan kondisi geologi yang berbeda. Analisis statistik deskriptif dan multivariabel dilakukan menggunakan piranti lunak R dan R Studio

Abstract

xxx yyy zzz

Latar belakang

Pada bulan September 2017 telah dilakukan survey hidrogeologi untuk menganalisis potensi air tanah di wilayah Pangalengan, Jawa Barat. Survey ini dilaksanakan dalam skema Program Pengabdian kepada Masyarakat ITB tahun 2017. Luaran utamanya adalah menyediakan sumber air yang memadai secara kuantitas dan kualitas bagi penduduk di Desa Pangalengan, Pangalengan, Jawa Barat. Lokasi ini merupakan daerah endapan gunung api dengan panorama kebun teh yang sangat indah. Dengan bentang alam yang berbukit-bukit, maka mata air akan sangat mudah didapatkan, terutama di potongan-potongan lembah atau sungai. 
Secara geologis, kawasan Pangalengan ditutupi sebagian besar oleh endapan gunungapi, berupa lava, breksi dan tuff dalam Peta Geologi Lembar Bandung (Silitonga, 1973) dan Peta Geologi Lembar Garut-Pameungpeuk (Alzwar, 1992). Seluruh endapan itu memiliki potensi air tanah yang baik, dibuktikan dengan banyaknya mata air di lokasi.
Kawasan kebun teh yang sejuk juga dikenal memiliki potensi panas bumi di kawasan Wayang Windu. Sistem geotermal ini disebutkan memiliki potensi hingga 227 MW. Potensi tersebut masih terhitung kecil bila dibandingkan dengan potensi lapangan Geyser Geothermal Complex di California dengan potensi 1517 MW. Karena potensi panas bumi tersebut, maka survey sumber air penduduk ini dilakukan untuk mengidenfikasi potensi kebocoran air atau uap panas ke sistem air tanah dangkal yang dikonsumsi penduduk.
Karena berbukit-bukit dengan tanah pelapukan yang cukup tebal di beberapa tempat, Pangalengan juga rawan longsor. Salah satu yang cukup besar terjadi pada tanggal 5 Mei 2015. Beberapa publikasi telah ditulis untuk memetakan area rawan bencana longsor ini pada berbagai skala.